Kemarin, tepat hari minggu.. hari yang tak seperti biasanya, saya
hanya dirumah menunggu waktu dihari ini habis dengan si teman setia
notebook. Mungkin ada acara pada malam hari untuk berdiskusi dan belajar
bersama teman-teman kampus namun terasa lama sekali hari itu menunggu
malam hari. Didalam kepenatan sekedar ingin mencari suatu yang ingin
menenangkan hati akhirnya saya putuskan untuk pergi ke rumah seorang
yang sudah saya anggap seperti paman dan keluarga sendiri, untuk hal
-hal bertukar pikiran, ilmu dan pengalaman hidup beliaulah orang yang
tepat dan enak diajak sharing. Akhirnya tanpa pikir panjang langsung
saja saya bergegas pergi dengan motor kesayangan ke Ujung Aspal.
Sesampai
disana, anak laki-lakinya sudah menyambut dengan cepat karna memang
kami dekat dan satu visi untuk bermain game zombie kesukaan kami, namun
untuk hari itu entah kenapa saya kurang begitu bersemangat untuk bemain
video game dan lebih memilih ingin ngobrol-ngobrol saja dengan ayahnya.
Seperti biasa saya pun disambut dengan hangat oleh keluarga beliau.
Saat
bertemu pasti kami akan saling bertanya bagaimana kabar pekerjaan
masing-masing. Karna kami bekerja dibidang yang sama, jadi
nyambung-nyambung saja pembicaraan masalah dunia komputer walau yang
membedakan saya masih baru sedangkan beliau sudah sangat berpengalaman.
Obrolan tentang rasa bersyukur atas apa yang didapat dari pekerjaan
sehingga tidak meluluh mengeluh dan ketidak puasan yang namanya materi.
Kita sering mengeluh dengan apa yang kita dapat, merasa tidak sesuai.
Berfikir “Hai Tuhan kenapa saya masih seperti ini saja padahal saya
sudah bekerja keras”. Sungguh kurang ajarnya kita, apa hak kita berkata
dan berfikiran seperti itu?? Toh kita hanya hamba-Nya, tugas kita hanya
berusaha maksimal dan berdoa kepada Tuhan dan selebihnya?? ya biarlah
Tuhan yang memutuskkan, karna yakin Allah mempunyai cara dan rencana
sendiri
Obrolan
pun berlanjut tentang yang rasa kasih sayang, cinta dan pasangan hidup.
Setiap insan manusia pasti merasakan hal yang sama, yaitu Cinta. Bagi
kita yang masih belum menikah atau sedang menjalani suatu hubungan
pacaran, sering-seringlah kita mengamati dan pelajari mereka-mereka yang
sudah berkeluarga, karna disana kalian akan melihat bagaimanya suatu
hubungan itu bisa terjalin dan terbangun oleh rasanya yang sering kita
sebut “kasih sayang”.
Terkadang saya iri melihat kehangatan
dikeluarga beliau, saya yang berada ditengah-tengah dalam suasana itupun
merasakan kasih sayang diantara mereka. anak-anaknya yang masih kecil
terlihat lucu saat bermain, tertawa, terkadang menangis, bercanda.
Sempat saya bertanya apa, apa resep sehingga seperti itu?? mungkin
salah satunya adalah kasih sayang.
Sekilas teringat dari obrolan
itu bagaimana selama 20 tahun saya tidak pernah berpacaran ataupun takut
mengungkapkan perasaan saya kepada seorang wanita yang saya senangi.
Saya selalu berfikir, “Bagaimana ya Tuhan untuk saya bisa dicintai oleh
seorang wanita yang juga saya cintai”. Entah kenapa itu menjadi suatu
koreksi diri terhadap diri sendiri. Ditengah malam saya mencoba berdoa
kepada Tuhan, saya bingung dan hanya bisa meminta dan itu memang
kebiasaan manusia, hanya bisa meminta hak namun kewajiban sebagai
hamba-Nya sering terlupa. Dan akhirnya saya sedikit sadar dan mengakui
bahwa mungkin memang jalan Tuhan tidak memberi saya seorang pasangan
untuk saat itu. Dalam benak saya berfikir mungkin memang belum saatnya
waktu ini.
Bulan-bulan pun berlalu, saya masih tetap dengan diri
saya sendiri sampai suatu hari saya bertemu seorang gadis yang entah
kenapa saya melihatnya berbeda. Mungkin itu bukan cinta pada pandangan
pertama, karna memang notabennya kita sudah 1 tahun lebih ada
dilingkungan kampus namun memang tidak pernah sekalipun berkomunikasi
walau hanya sekedar berkata hai. Hari-hari berlalu dan entah kenapa hati
saya semakin mantap dengan keyakinan bahwa, Saya mencintai dia. Saya
tidak lagi menggunakan cara-cara yang dahulu saya lakukan, yaitu cara
para pengecut, yaitu hanya memendam sendiri, lalu hanya bercerita kepada
kawan, berpesan lewat SMS, membuat status-status lewat friendster
ataupun facebook tanpa pernah berani utarakan kepada sipemilik hati.
Entah kenapa untuk pertama kalinya timbul perasaan berani dalam diri
saya, yang ingin saya lakukan adalah saya ingin meyakinkan dia bahwa
saya mencintai dia, saya ingin berbicara langsung, memandang wajahnya,
mengajak dia pergi dan melakukan banyak hal dengan dia. Semua seperti
ada doktrin dan candu pada saat itu sehingga membuat saya tak pernah
lelah untuk sekedar mencari tahu tentang dia.
Semua cobaan dan
rintangan saat itu seperti tak bisa membuat saya gentar, karna saya
yakin seyakin-yakinnya bahwa dia mencintai saya juga. Dan untuk saat
itu pun saya juga tak lupa meminta bantuan dari yang maha pengasih dan
pemberi yaitu Gusti Allah yang tak pernah lelah mendengar doa-doa dan
keluhan saya. Dan pada hari itu pun tiba, hari dimana doa saya untuk
masalah cinta dikabulkan oleh Gusti Allah. Perasaan senang dan gembira
tak terkira, saya pun berfikir ya Tuhan terima kasih sudah menjabah doa
hambamu ini. Mungin inilah waktu dan orang yang tepat untuk saya. Senang
tentu sudah menjadi bagian pada saat itu, setiap insan manusia pasti
akan merasa senang, semangat dan bahagia saat dia merasakan ada
seseorang yang mencintai dirinya. Saat itu tanya keluar dari mulut..
“kenapa kamu menyukai diri saya??”, jawaban yang sangat membuat saya
sadar ada seeorang yang menerima diri saya dibanyaknya kekurangan yang
saya miliki. kata-kata yang selalu saya ingat “aku suka kk karena kk
berbeda dari anak2 yang lain,lugu dan masa bodo dengan perkataan orang".
Mungkin aku tak pernah menyimpan kata-kata itu di handphone ataupun
note, tapi selalu tersimpan dihati terdalam. Sungguh saya merasa menjadi
lelaki paling bahagia saat dapat mencintai dan dicintai dirinya.
Hari-hari
kami jalani seperti pasangan pacaran lainnnya, jalan, makan, tertawa
dan kegiatan lainnya. Berselisih dan bertengkar pasti ada karna memang
kita manusia mempunyai ego masing-masing. Sampai pada Hari titik balik
tiba.
Aku tak Tahu Tuhan kenapa semua bisa terjadi dan berjalan
tanpa saya sadari bahwa saya sudah kehilangan, mungkin raganya masih
kumiliki namun hatinya tidak lagi. Apa yang salah pada diriku ini??
hanya kata-kata itu yang bisa terucap disela kesendirian ku. Entah
dimana dirinya yang tulus sayang dan mencintai diri ini.
Aku sadar
Tuhan, mungkin ini semua adalah kesalahan ku. Hambamu ini lebih
mencintai dirinya dibandingkan diri-Mu. Hamba hanya dititipkan namun tak
berhak memiliki sepenuhnya, saat dahulu hamba berdoa agar diri ini
dapat dicintai seseorang, hamba tidak menjaga dirinya ataupun hatinya
untuk tetap mencintai diriku, namun tidak lebih Mencintai-Mu ya Gusti
Allah. Hamba akui, diri ini terlalu egois dan naif saat dititipkan.
Hamba hanya berdoa “Ya Tuhan, buat kami saling cinta terus-menurus
selamanya”, kenapa saya berdoa seperti itu? padahal siapa diriku?? aku
hanya hamba-Mu yang tidak berhak mengatur dan memutuskan. Kewajiban
hamba hanya mencintai, menjaganya, lalu berdoa untuk kebaikan kami
berdua dan selebihnya itulah kehendak-MU.
Untuk saat ini, hati
hamba bimbang masih tak dapat memutuskan apa baiknya. Yang saya dapat
saya lakukan saat ini hanyalah berserah diri kepadamu ya Gusti Allah.
Sadar akan kesalahan selama ini, hamba hanya menikmati dan menjalani
namun tidak menjaga. Hamba terlalu yakin bahwa “saya mencintai dia lebih
dari apapun, jadi sudah seharusnya dia mencintai saya”, Masyallah, apa
hak hamba berfikir seperti itu??? saya hanya hamba-Mu.
Ya Gusti,
untuk kali ini saya tak ingin berdoa egois seperti dahulu, kini semua
kuserahkan pada-Mu. Mana yang baik untukku. biarlah engkau yang
memutuskan. Aku yakin Jodoh ada ditangan-Mu. Hanya diri-Mu yang mampu
memutar balikkan hati seseorang. Hamba yakin mencintai dirinya, Hamba
tak ingin rasa kasih sayang itu hilang dan berganti menjadi rasa
kasihan. Rasa kasih sayang membuat suatu hubungan bermuara ketujuan
akhir hidup setiap manusia. Yaitu memiliki keluarga dan dicintai pula.
Rasa kasih sayang memang tak berbentuk ataupun tergambarkan
kehadirannya. Layaknya tangan kanan dan kiri yang saya miliki, Hamba tak
pernah merasakan kehadirannya, namun diri ini merasakan keberadaannya.
Saat kehilangan hamba baru merasakan seperti ada yang hilang. Namun kini
semua kuserahkan padamu ya Gusti Allah. Karna memang diri-Mu mempunyai
jalan dan caramu sendiri.
untuk seseorang :
kamu
pernah bilang, saat kamu membaca tulisan-tulisan aku sebelumnya, kamu
merasa cemburu. Dan bilang aku saja tak pernah kamu tulis didalam
tulisan kamu.
Untuk saat ini aku menulis tentang dirimu, dirimu yang sangat aku sayang….
Maaf aku tak bisa memberi keputusan, karna aku tak mau mengambil keputusan disaat emosi labil
Untuk saat ini aku hanya bisa intropeksi diri dan berserah diri kepada yang di atas, yaitu Gusti Allah..
Biarlah Gusti Allah yang member jawaban dan memberi jalan atas semua ini..
miss u.. mbem…